Minggu, 30 September 2012

Wajah Pendidikan Kita" dan Mereka

Wajah Pendidikan Kita" dan Mereka

Top of Form
Oleh:
Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”Dari Indonesia,” jawab saya.Dia pun tersenyum.
BUDAYA MENGHUKUM
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang dudu
di bangku ujian.
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.
Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.
Mari kita instropeksi diri. Kalau di Dunia luar sana ( dunia nyata ) sudah begitu banyak tekanan yang bisa menghambat laju perkembangan otak kita, janganlah menambah tekanan itu di Dunia Elv-Army ini. Semoga semua yang memposting dan yang berkomentar punya visi dan semangat membangun, bukan saling menjatuhkan dan merasa benar sendiri, sehingga grup ini bisa menjadi wadah bagi pengungkapan pikiran yang belum tersampaikan di dunia luar sehingga ilmu - ilmu yang kita dapatkankan di Univ bisa lebih membumi karena adanya komunikasi yang baik. Walaupun tidak benar2 memproduksi ilmu yang baru seenggaknya kita tidak benar2 menjadi konsumen mutlak dari ilmu pengetahuan...

Sumber : yahoogroups.com PPI UTM di kirim oleh RAJA ZULHIJAYA Judul tulisan bagi mereka para pengajar

Rabu, 19 September 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan “evaluasi program Bk Dan Proses Pelaksaan Bk Disekolah Smk Muhammadiyah Sampit” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi dan penelitian BK
Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin tersusun dengan sempurna. Ada beberapa kekurangan dalam penulisan laporan ini, dan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.



Sampit,   mei 2012

Penulis



\




BAB I
A.      LATAR BELAKANG
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in relation to special standards“.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

B.       Tujuan
Dalam melaksanakan suatu program, hal ini program Bimbingan dan Konseling, peranan evaluasi sangatlah penting. Hasil evaluasi akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi pelaksanaan program tersebut untuk selanjutnya. Beberapa hal yang diperoleh dari hasil evaluasi diantaranya:
1.        Untuk mengetahui apakah program Bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang ada
2.         Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu
3.         Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai criteria keberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu
4.         Dapatkah diketemukan bahan balikan bagi pengembangan program berikutnya
5.         Adakah masalah-masalah baru yang muncul sebagai bahan pemecahan dalam program berikutnya.
6.         Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan (asumsi) yang mendasar pelaksanaan program bimbingan.
7.         Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang diperlukan dan dapat digunakan dalam memberikan bimbingan siswa secara perorangan.
8.         Untuk mendapatkan dasar yang sehat bagi kelancaran pelaksanaan hubungan masyarakat.
9.         Untuk meneliti secara periodik hasil pelaksanaan program yang perlu diperbaiki

C.       Manfaat
Adapun manfaat evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah:
1.        Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
2.        Memberikan penamabahan dari konseptual ilmu yang telah dipelajari sehingga menigkatkan kwalitas akademis penulis sendiri
3.        Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.




















Bab II
A.      Model evaluasi
Stufflebeam merumuskan evaluasi as a process of providing useful information for decision making. Definisi tersebut kemudian sedikit direvisi pada tahun 1973 yang menjelaskan bahwa evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining, dan providing useful information for judging decision alternative. Definisi ini memberikan tekanannya pada tiga hal, pertama bahwa evaluasi merupakan proses sistematis yang terus menerus, kedua bahwa proses ini terdiri atas tiha langkah yaitu (1) menyatakan pertanyaan yang menuntut jawaban dan informasi yang spesifik untuk digali, (2) membangun data yang relevan, (3) menyediakan informasi akhir (kesimpulan) yang menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan, dan ketiga bahwa evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternative pilihan dan melakukan tindak lanjut atas keputusan tersebut.
Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai fenomena.
Pada akhirnya, ia melihat terdapat empat komponen evaluasi yang juga merupakan tahapan dalam evaluasi. Keempat komponen tersebut adalah context, input, process, serta product.

1.      Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan. Objektifitas utama dari tipe ini adalah untuk menelaah status objek secara keseluruhan, untuk mengidentifikasikan kekurangan, untuk mengidentifikasikan kekuatan yang dimiliki yang dapat gunakan untuk memperbaiki kekurangan, untuk mendoagnosis masalah sehingga dapat ukan solusi yang dapat memperbaikinya, dan secara umum untuk memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting program.
Tujuan evaluasi konteks dilakukan untuk menyediakan alasan yang rasional bagi konselor dan administrator dalam menentukan tujuan dan kompetensi siswa, yang mana semua itu akan membantu membentuk program dan highlight berbagai elemen struktur dalam kebutuhan akan perhatian.
2.      Evaluasi Input (Input Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input mempermasalahkan apakah strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Evaluasi ini dilakukan dengan menelaah dan menilai secara kritis pendekatan yang relevan yang dapat digunakan.
Evaluasi input bertujuan untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas system, alternative strategi program, desain prosedur di mana strategi akan diimplementasikan. Evaluasi input ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode menginventarisasi dan menganalisis sumber-sumber yang tersedia, baik guru bimbingan konseling, ataupun material, strategi solusi, relevansi desain prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan berdasarkan telaah literatur, atau dengan mengunjungi program yang telah berhasil, atau berdasarkan ahli.
3.      Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah direncanakan. Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain prosedur atau implementasinya. Evaluasi proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan memonitor kegiatan, berinteraksi terus-menerus, serta dengan mengobservasi kegiatan, dan staf.
4.      Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program. Evaluasi produk juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan menghubungkan semua itu dengan objektif, konteks, input, dan informasi proses serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program.
Keempat komponen evaluasi CIPP bukanlah komponen yang berdiri sendiri-sendiri akan tetapi komponen yang saling berinteraksi secara dinamis.
Text Box: SIMULTAN
 




Dapat dipahami bahwa evaluasi konteks merupakan evaluas yang dilakukan untuk merencanakan keputusan melalui penelaahan kebutuhan untuk menetapkan tujuan. Setelah tujuan ditetapkan, maka untuk menstrukturisasikan keputusan dalam arti agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan strategi. Menentukan strategi yang tepat dilakukan melalui evaluasi input. Strategi yang telah dirancang kemudian diterapkan dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Hal inilah yang membuat dalam diagram terdapat keterangan bahwa evaluasi konteks dan evaluasi produk dilakukan secara simultan. Evaluasi proses untuk melihat implementasi dari strategi yang dipilih, sedangkan evaluasi produk untuk melihat apakah tujuan telah tercapai. Evaluasi produk ini kemudian menjadi dasar untuk menentukan keputusan mengenai program.



B.       Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
a)       Evaluasi Program
Apabila kita mempelajari pedoman penyusunan program Bimbingan dan Konseling seperti terdapat pada buku IIIc, kurikulum 1975, dapat kita simpulkan bahwa program Bimbingan dan Konseling di sekolah terdapat beberapa kegiatan pelayanan. Sejalan dengan pendapat “Koestoer Partowisastro” (1982:93), bahwa sesuai dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan Bimbingan ini terdiri atas:
a. Pelayanan kepada murid.
b. Pelayanan kepada guru.
c. Pelayanan kepada kepala sekolah.
d. Pelayanan kepada orang tua murid atau masyarakat.
Pada hakikatnya tujuan umum program Bimbingan disekolah adalah membantu siswa agar dapat:
a.    Membuat pilihan pendidikan dan jabatan secara bijaksana
b.     Memperoleh penyesuaian kepribadian yang lebih baik
c.     Dapat memperoleh penyesuaian diri dalam menghadapi perubahan-perubahan   yang terjadi baik dimasyarakat, sekolah maupun dalam keluarga.

Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan tersebut diatas, perlu disusun dalam sistimatika sebagai berikut:

a.    Masalah atau kebutuhan yang ditangani dalam pelayanan Bimbingan.
b.    Tujuan khusus pelayanan Bimbingan.
c.     Kriteria keberhasilan
d.    Ruang lingkup pelayanan Bimbingan
e.     Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan beserta jadwal kegiatannya.
f.     Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dengan kegiatan sekolah dan kegiatan diluar sekolah.
g.    Metode dan teknik pelayanan Bimbingan.
h.    Sarana pelayanan bimbingan.
i.      Pengelolaan pelayanan bimbingan.
j.      Penilaian dan penelitian pelayanan bimbingan.


b)       Evaluasi Proses
Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan. Eveluasi proses ini bertujuan untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas proses dan pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas proses bimbingan itu sendiri
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan.
Hasil layanan Pelaksanaan Program BK Rencana Program BK Evaluasi standart penilaian yang digunakan adalah tujuan umum dan tujuan khusus bimbingan konseling. Teknik yang dapat dilakukan adalah (Prayitno : 1996 hal 24) dengan :
1)   Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan
2)   Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau  pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya
3)   Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa sebagai hasil dari partisipasi dan aktifitas dalam kegiatan layanan
4)   Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan tindak lanjut
5)   Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan layanan yang berkesinambungan)
6)   Mengungkapkan kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan

C.       Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling

Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelnggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu:
a)    Metode survei.
Metode ini mungkin sering menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah. Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap dan pandangan personel sekolah lainnya, sikap dan pandangan siswa terhadapa program bimbingan.
Jadi metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.
b)   Metode observasi.
Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan yang akan diamati, oleh siapa yang akan diamati, akan direkam dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi eveluatif menurut apa. Jadi, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar dapat yang diperoleh lebih terarah dan tepat. Unsur objektivitas dapat dikurangi dengan cara melibatkan banyak orang.
Dengan demikian, peencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.

c)    Intrument
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena-fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda check list (Ö). Check list atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati.
Contoh: Cara memberikan tanda silang (x)

1.      Anda memahami konsep dari layana yang diberikan?
                                  i.          Ya   b.  Tidak

BAB III
Metodologi analisis
A.      Waktu dan tempat
B.       Objek
C.       Teknik pengumpulan data
D.      Teknik analisis data






BAB IV
pembahasan













BAB V
Kesimpulan Dan Saran
A.  Kesimpulan
B.  Saran







Daftar pustaka
Prayitno, (1999)  Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineke Cipta.
Sudrajat, A. (2010). Konsep Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/evaluasi-program bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/